•  

Our Top Course
Komunikasi Pembelajaran
( 16 Sections)
 
Pengembangan Media Foto
( 16 Sections)
 

Profil Program Studi S1 Pendidikan Geografi Unesa

 
Program Studi  :  S1 Pendidikan Geografi
Tanggal Berdiri  :  11 Juli 1996
Koordinator Program Studi  :  Dr. Nugroho Hari Purnomo, S.P., M.Si.
Visi Misi & Tujuan Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Surabaya
Visi

Mengembangkan pendidikan dan pembelajaran Geografi yang inovatif dengan pendekatan geografi dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global


Misi
  1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran Geografi yang inovatif dengan pendekatan geografi dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global.
  2. Melaksanakan penelitian yang mengembangkan pendidikan dan pembelajaran Geografi yang inovatif dengan pendekatan geografi dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global.
  3. Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang mengembangkan pendidikan dan pembelajaran Geografi yang inovatif dengan pendekatan geografi dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global.
  4. Membangun kerjasama dan networking dengan berbagai komponen masyarakat dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global

Tujuan
  1. Terselenggaranya kegiatan pendidikan dan pembelajaran Geografi yang inovatif dengan pendekatan geografi dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global.
  2. Terlaksananya penelitian yang mengembangkan pendidikan dan pembelajaran Geografi yang inovatif dengan pendekatan geografi dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global.
  3. Terlaksananya kegiatan pengabdian masyarakat yang mengembangkan pendidikan dan pembelajaran Geografi yang inovatif dengan pendekatan geografi dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global.
  4. Terbangunnya kerjasama dan networking dengan berbagai komponen masyarakat dalam konteks kajian kekotaan berbasis IPTEKS berwawasan global.

Capaian Lulusan Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Surabaya
CPL-1 Mampu menunjukkan nilai-nilai agama, kebangsaan dan budaya nasional, serta etika akademik dalam melaksanakan tugasnya
Dibebankan pada matakuliah:

CPL-2 Menunjukkan karakter tangguh, kolaboratif, adaptif, inovatif, inklusif, belajar sepanjang hayat, dan berjiwa kewirausahaan

CPL-3 Mengembangkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif dalam melakukan pekerjaan yang spesifik di bidang keahliannya serta sesuai dengan standar kompetensi kerja bidang yang bersangkutan
Dibebankan pada matakuliah:

CPL-4 Mengembangkan diri secara berkelanjutan dan berkolaborasi.
Dibebankan pada matakuliah:

CPL-5 Mampu mengambil keputusan secara tepat dan cepat guna penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran geografi transformatif dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni

CPL-6 Mampu memperoleh, mengolah, menganalisis, menyajikan data dan informasi tentang lingkungan kependidikan, peserta didik, kurikulum, materi, perencanaan, model, evaluasi, dan refleksi pembelajaran dalam kajian pendidikan dan pembelajaran geogarfi

CPL-7 Mampu mengambil keputusan secara tepat dan cepat guna penyelesaian masalah wilayah dalam konteks ruang berdasarkan pendekatan geografi terpadu

CPL-8 Mampu memperoleh, mengolah, menganalisis, menyajikan data dan informasi geosfer dengan menggunakan teknologi geospasial dalam kajian geografi terpadu yang mendukung keberlanjutan wilayah

Struktur Kurikulum Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Surabaya
Evaluasi Kurikulum Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Surabaya

Pegembangan kurikulum di S1 Pendidikan Geografi Unesa merujuk pada profil lulusan PT dan hasil tracer studi dan steakholder. 

  1. Perkembangan keilmuan. Perkembangan keilmuan pendidikan dan geografi selalu didiskusikan setiap tahun di prodi. Penelusuran terhadap berita dan jurnal ilmiah dengan topik-topik terkait, juga dengan hasil diskusi pada pertemuan ilmiah tahunan profesi Ikatan Geograf Indonesia (IGI) dan Perkumpulan Profesi Pendidik Geografi Indonesia (P3GI), menjadi sumber informasi perkembangan keilmuan.
  2. Perkembangan aplikasi keilmuan. Perkembangan aplikasi keilmuan pendidikan geografi sesuai profil lulusan S1 Pendidikan Geografi Unesa, banyak berkiprah di dunia pendidikan. Selain itu juga berkiprah sebagai wirausaha serta sebagian kecil menjalankan pada profesi geograf. 
  3. Tracer study. Tracer study mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi kepentingan evaluasi hasil pendidikan yang selanjutnya dapat digunakan untuk penyempurnaan dan penjaminan kualitas prodi.
  4. Kondisi alumni. Kondisi alumni merupakan kiprah alumni di dunia kerja meliputi pengetahuan, kemampuan dan kompetensi, yang di bangun ketika kuliah berdasarkan kondisi, pengalaman dan motivasi, pola/proses pengajaran dan pembelajaran, penelitian, praktikum, workshop, laboratorium, studio ataupun riset.
  5. Branchmarking. Branchmarking bermakna belajar dari pengalaman prodi lain sebagai tolak ukur pengalaman guna untuk membuat standar dalam memperbaiki proses di profi.
  6. Evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dilaksanakan berdasarkan kajian perkembangan keilmuan, hasil kajian tracer study, dan branchmarking oleh tim kurikulum.
  7. Sancioning kurikulum. Sancioning kurikulum merupakan upaya pembahasan kurikulum yang dievaluasi dengan diskusi bersama pakar dan praktisi keilmuan yang relevan.
  8. Uji publik kurikulum. Uji publik merupakan upaya pembahasan kurikulum yang dievaluasi dengan diskusi bersama pemangku kepentingan yang relevan.
  9. Seminar kurikulum. Seminar kurikulum merupakan pemaparan dan didkusi kurikulum yang sudah direvitalisasi dengan masyarakat luas.
Landasan Perancangan Kurikulum Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Surabaya

Latar belakang keilmuan terbentuknya kurikulum, Profil lulusan, Program Education Objective (PEO), Program Learning Outcome (PLO) yang meliputi pengetahuan, keterampilan (Umum dan Khusus) dan sikap.

 

LATAR BELAKANG

 

Landasas filosofi

  1. Perenialisme menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Aliran ini menyatakan sebuah kebenaran tidak akan berubah selamanya. 
  2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. 
  3. Rekonstruksionisme menekankan pentingnya pemecahan masalah dan berpikir kritis untuk menghasilkan kehidupan modern di masa mendatang. Hasil belajar sangat diperhatikan oleh rekonstruksionisme dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan individual dari masing-masing peserta didik.
  4. Eksistensialisme berpandangan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu setiap individu untuk mampu mewujudkan dirinya sebagai manusia. 
  5. Romantik naturalisme mendasarkan pada suatu fakta bahwa perkembangan seorang anak adalah spontan dan alamiah. Seorang anak tidak digambarkan sebagai papan yang kosong, tetapi sebagai individu yang memiliki perasaan dan bakat tertentu. 
  6. Eksperimentalisme menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi sepanjang hayat. Pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik adalah merupakan kontruksi pemahaman dari hasil interaksinya dengan berbagai sumber belajar dan dialog dengan teman sebaya. 

Filosofi pendidikan geografi membawa kesadaran tentang pentingnya pemahaman dan penghormatan terhadap hubungan antara manusia dan lingkungannya. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya di sekitarnya.

Beberapa prinsip filosofis yang mendasari pendidikan geografi :

Keterhubungan: Pendidikan geografi mengajarkan tentang keterkaitan yang kompleks antara manusia dan lingkungannya. Ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana fenomena geografis seperti iklim, topografi, dan sumber daya alam memengaruhi kehidupan manusia, serta bagaimana manusia mempengaruhi dan merespons lingkungan mereka.

Keberagaman: Geografi menghargai keragaman budaya, sosial, dan ekologis di seluruh dunia. Pendidikan geografi mengajarkan penghormatan terhadap beragam budaya dan identitas, serta pentingnya menjaga keberagaman lingkungan alam.

Kritis dan Kreatif: Pendidikan geografi mendorong siswa untuk berpikir secara kritis tentang tantangan dan masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi global. Ini melibatkan mempromosikan pemikiran kritis dan solusi kreatif untuk masalah seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan pengelolaan sumber daya alam.

Keterlibatan dan Tanggung Jawab: Pendidikan geografi tidak hanya tentang memahami dunia, tetapi juga tentang mengambil tindakan untuk meningkatkannya. Ini melibatkan memotivasi siswa untuk menjadi agen perubahan yang bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan dan mempromosikan keadilan sosial di seluruh dunia.

Kebijaksanaan dan Keberlanjutan: Filosofi pendidikan geografi menekankan pentingnya pengembangan kebijakan yang berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan perlindungan lingkungan. Ini melibatkan memahami dampak jangka panjang dari keputusan manusia terhadap lingkungan dan mendorong tindakan yang memperhatikan keberlanjutan.

Melalui pendidikan geografi yang berbasis filosofi ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas dunia yang mereka tinggali dan menjadi agen perubahan yang bertanggung jawab dalam menjaga keberlangsungan lingkungan dan masyarakat global.

 

Landasan sosiologis

Landasan sosiologis memberikan arah pengembangan kurikulum ini untuk menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan sosial budaya yang kuat serta mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungannya dimanapun tempatnya berada. Pada dasarnya, setiap lingkungan masyarakat selalu memiliki karakteristik yang berbeda-beda antar satu tempat dengan tempat yang lain. Karakteristik ini membentuk kearifan lokal dan budaya daerah yang berbeda-beda. Interaksi antar kelompok masyarakat dan individu mendorong terjadinya perkembangan nilai ini. Perkembangan nilai budaya dan pengetahuan yang ada dalam masyarakat tersebut adalah satu hasil olah pikir dan logika serta interaksi dari masyarakat yang ada pada lingkungan tersebut. 

Landasan sosiologis pendidikan geografi mengacu pada pemahaman tentang bagaimana faktor-faktor sosial mempengaruhi pemahaman dan interaksi manusia terhadap lingkungan geografis mereka. Ini mencakup studi tentang bagaimana faktor-faktor seperti budaya, struktur sosial, ekonomi, dan politik memengaruhi cara manusia memahami, menggunakan, dan memanfaatkan ruang geografis.

Beberapa konsep kunci dalam landasan sosiologis pendidikan geografi meliputi:

Budaya dan Identitas: Pendidikan geografi mempertimbangkan bagaimana budaya dan identitas masyarakat memengaruhi persepsi dan penggunaan ruang geografis. Ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana budaya lokal membentuk pola penggunaan lahan, struktur permukiman, dan pola migrasi.

Struktur Sosial dan Ketimpangan: Landasan sosiologis pendidikan geografi juga menyoroti dampak struktur sosial, termasuk ketimpangan ekonomi dan akses ke sumber daya, terhadap distribusi spasial kekayaan, kesempatan, dan kualitas hidup. Ini dapat memperluas pemahaman tentang pola geografis ketimpangan dan keadilan sosial.

Globalisasi dan Perubahan Sosial: Pendidikan geografi mempertimbangkan bagaimana proses globalisasi memengaruhi interaksi sosial dan pola spasial di seluruh dunia. Ini mencakup studi tentang mobilitas manusia, perdagangan, dan arus informasi yang mempengaruhi transformasi geografis seperti urbanisasi, suburbanisasi, dan gentrifikasi.

Keterlibatan Masyarakat: Landasan sosiologis pendidikan geografi menekankan pentingnya melibatkan masyarakat dalam pemahaman dan penyelesaian masalah geografis. Ini dapat melibatkan keterlibatan komunitas dalam perencanaan lingkungan, pelestarian alam, dan pengelolaan risiko bencana.

Perspektif Kritis: Sosiologi mempromosikan pemikiran kritis tentang struktur sosial dan ketimpangan kekuasaan. Dalam konteks pendidikan geografi, ini melibatkan analisis kritis terhadap hubungan antara struktur sosial dan pola geografis, serta pengembangan pemahaman yang kritis tentang isu-isu sosial dan lingkungan.

Melalui landasan sosiologis ini, pendidikan geografi berusaha untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas interaksi manusia dengan lingkungan mereka dan memotivasi tindakan yang berkelanjutan dan inklusif dalam mengatasi tantangan geografis global.

 

Landasan historis

Geografi di wilayah Indonesia sudah diajarkan sejak jaman pendudukan Belanda dan Jepang, dengan nama ilmu bumi (Sandy, 1988; 18). Di dalam kurikulum pendidikan kolonial pada waktu itu, diutamakan penguasaan bahasa Belanda dan hal-hal mengenai Negeri Belanda. Misalnya dalam pengajaran ilmu bumi, anak-anak bumi putra harus menghapal kota-kota kecil yang ada di negeri Belanda (Tilaar, 1995) 

Pasca kemerdekaan, mata pelajaran ilmu bumi masih tetap dilanjutkan.Mata pelajaran tersebut sudah diajarkan sejak Kurikulum (Rencana Pelajaran) 1947.  Pada waktu itu fungsi mata pelajaran ilmu bumi disesajarkan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Akan tetapi pada akhirnya kedua mata pelajaran tersebut memiliki “nasib” yang berbeda. Bahasa Indonesia dibuat lembaga pembinaan Bahasa Indonesia dan diajarkan di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Untuk ilmu bumi tidak dibuatkan lembaga pembinaan cinta tanah air Indonesia, dan mengalami pasang surut di bidang pendidikan formal.

Pada tahun 1951, untuk meningkatkan mutu guru di sekolah-sekolah menengah dalam ilmu bumi, didirikan kursus-kursus B-I dan kemudian B-II. (Naskah Akademik Kurikulum Geografi, Puskurbuk, 2010). Waktu kursus selama dua tahun dan mata kursusnya membahas unsur-unsur ilmu bumi dan membahas tentang wilayah serta kondisi beberapa negara. Hal yang agak aneh adalah tidak ada pokok bahasan tentang geografi Indonesia. Selain itu tidak pernah ada diskusi yang mendalam tentang esensi geografi yang perlu diajarkan di Indonesia. Di kurikulum sekolah,  Ilmu Bumi diajarkan sampai tahun 1980-an, selanjutnya pada Kurikulum 1984 sudah menggunakan nama Geografi.

Tahun 1950 ilmu bumi di perguruan tinggi diajarkan pada Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat Universitas Gadjah Mada dengan nama Jurusan Ilmu Bumi. Pada tahun 1963, jurusan ilmu bumi memisahkan diri menjadi Fakultas Geografi UGM.  Sementara itu sekitar akhir tahun 60-an, atas prakarsa Jenderal Gatot Subroto dan Jenderal Prof. Dr. Mustopo didirikan Jurusan Geografi di Universitas Padjajaran Bandung. Selanjutnya oleh rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro, Jurusan Geografi di UNPAD dipindahkan ke Universitas Indonesia (UI) di Jakarta.

Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Surabaya yang sebelumnya adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), pada awalnya juga merupakan perkembangan dari kursus-kursus B-I dan kemudian B-II ilmu bumi. Perkembangan kurikulum ilmu bumi di IKIP Surabaya saat itu, tidak lepas dari adanya interaksi antara jurusan sejenis di berbagai IKIP di Indonesia. Komunikasi antar jurusan sejenis menjadi awal dari perkembangan kurikulum sampai saat ini.

Sebagai bagian dari lembaga pendidikan tinggi, perkembangan kurikulum Jurusan Pendidikan Geografi, mengikuti perkembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Indonesia. Perkembangan kurikulum tersebut mengikuti dasar sebagai berikut ini.

  1. Kurikulum yang berbasis pada Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila (UU no. 22 Tahun 1961, Penetapan Presiden No. 19 Tahun 1965 , Perpres no. 14 Tahun 1965)
  2. Kurikulum diatur Pemerintah ( UU no. 2 tahun 1989, PP no. 60 Tahun 1999 )
  3. Pergeseran paradigma ke konsep KBK, Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi (UU no. 20 Tahun 2003 pasal 38 ayat 3 dan 4, Kepmendiknas no. 232/U/2000, dan perubahan kurikulum inti di Kepmendiknas no 045/U/2002)
  4. Kurikulum dikembangkan oleh PT sendiri ( PP no. 19 Tahun 2005 Pasal 17 ayat 4, PP 17 Tahun 2010 pasal 97 ayat 2)
  5. Dikembangkan berbasis kompetensi (PP no. 17 Tahun 2010 pasal 97 ayat 1)
  6. Minimum mengandung 5 elemen kompetensi( PP no. 17 Tahun 2010 pasal 17 ayat 3)
  7. Capaian Pembelajaran Sesuai dengan Level KKNI (Perpres No. 08 tahun 2012)
  8. Kompetensi lulusan ditetapkan dengan mengacu pada KKNI (UU PT No. 12 Tahun 2012 pasal 29)

Kurikulum pendidikan geografi di persekolahan mulai disadari sebagai bagian penting dalam membangun dan mewariskan cinta tanah air dengan memahami seluruh wilayah Republik Indonesia. Potensi sumberdaya dan bencana di Indonesia merupakan bagian yang perlu dipahami oleh setiap warga negara. Hal ini mendorong pemerintah mengambil kebijakan mulai kurikulum 2013 mata pelajaran geografi dapat dimasukkan pada kelompok Ilmu Pengetahuan Alam, sebagai mata pelajaran lintas minat. Hal tersebut merevisi kurikulum 1994 sampai dengan kurikulum KTSP (2006), dimana geografi di tingkat sekolah menengah atas masuk dalam mata pelajaran kelompok Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sehingga hanya dipelajari anak-anak IPS. Terlebih lagi hamper semua jurusan Geosains di perguruan tinggi sebagian besar merupakan jurusan IPA. 

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka orientasi pengembangun kurikulum di Jurusan Pendidikan Geografi FISH Unesa mengacu pada kebijakan pengembangan kurikulum di kementerian pendidikan dan perkembangan orientasi ilmu geografi di persekolahan dengan tetap melihat perkembangan ilmu geografi di masyarakat lokal dan global. Pimpinan Unesa sekitar tahun 2012 telah menyusun pedoman pengembangan kurikulum berdasarkan pedoman kementerian pendidikan, Pedoman tersebut juga terus berkembang mengikuti kebijakan kementerian. Pedoman tersebut selanjutnya menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum di Jurusan Pendidikan Geografi Unesa.

Awal perkembangan kurikulum di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa dapat dikelompokkan ke dalam 3 bagian utama, yaitu ilmu pendidikan, geografi fisik, dan geografi manusia. Perkembangan selanjutnya di sekitar awal tahun 2000-an, geografi teknik mulai diperkuat. Perubahan paradigma keilmuan geografi selanjutnya adalah ke arah geografi terpadu. Perkembangan kurikulum tersebut dilakukan oleh staf dosen di Jurusan Pendidikan Geografi Unesa yang didasarkan pada perkembangan kurikulum nasional pendidikan geografi yang mengikuti perkembangan ilmu geografi di Indonesia.

Semenjak tahun 2012, kurikulum Jurusan S1 Pendidikan Geografi Unesa telah telah dikembangkan menggunakan kurikulum kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam KKNI  memperjelas profil lulusan pendidikan geografi, sehingga dapat disesuaikan dengan kelayakan dalam sudut pandang analisa kebutuhan masyarakat. Profil lulusa terdiri dari 3 berikut ini.

  1. Pendidik bidang geografi
  2. Profesional bidang pemetaan geografi
  3. Wirausaha bidang pendidikan dan pemetaan geografi

Konsekwensi dari hal tersebut adalah penguatan kurikulum di bidang pendidikan dan geografi teknik yang berorientasi geografi terpadu. Pengembangan orientasi kurikulum tersebut telah melalui proses sansioning dan uji public kurikulum di tahun 2014.

Perkembangan arah kurikulum di tahun 2020 yang dikenal sebagai merdeka belajar kampus merdeka, mendorong S1 Pendidikan Geografi Unesa untuk meninjau kembali kurikulum yang sudah diterapkan. Orientasi materi masih pada kajian geografi terpadu dengan penguatan pendidikan geografi dan sains informasi geografis. Pada restrukturisasi kurikulum ini, menguatkan orientasi kurikulum KKNI yang berbasis outcame dalam wadah merdeka belajar. Wadah merdeka belajar yang dikembangkan memberikan kesempatan mahasiswa untuk mengkaji geografi secara multidisiplin dan memberikan pilihan kebebasan mahasiswa beraktivitas. Kajian multidisiplin memberikan kesempatan bagi mahasiswa dari berbagai bidang keilmuan untuk mengkaji terapan geografi yang dapat mendukung kompetensi inti bidang studinya.

 

PROFIL LULUSAN

Guru. Pelaksana yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan di sekolah, dengan kemampuan kerja yang dimiliki yaitu mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dalam bidang pendidikan geografi. Kompetensi pendukung :

  1. Mampu mengaplikasikan dinamika kebijakan pendidikan dan pembelajarannya
  2. Mampu memecahkan masalah pendidikan terkait dinamika kehidupan masyarakan dalam kontek geografi di suatu lingkungan wilayah tertentu
  3. Menguasai persoalan pendidikan dan pembelajaran dalam menjalankan peranan dan tanggung jawabnya di dalam kelas dan sekolah

Praktisi Geografi. Pelaksana yang bertanggungjawab dalam pekerjaan mengumpulkan dan menganalisis data geografis. Kompetensi pendukung :

  1. Mampu mengumpulkan data geografis
  2. Mampu menganalisis data geografis
  3. Mampu mengaplikasikan teknologi geografis

Programe Education Objective (PEO)

  1. Mampu memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi untuk menyelesaikan  masalah dalam bidang  pembelajaran  pendidikan geografi, menganalisis bentang lahan, melakukan survey dan pemetaan, mengaplikasikan teknologi geografi, dan kewirausahaan (PEO-1).
  2. Peduli,  ramah lingkungan  dan tanggap bencana, serta pemahaman tentang tanggung jawab profesional dan etis (PEO-2).
  3. Individu dengan sikap belajar sepanjang hayat melalui studi pascasarjana, kegiatan pelatihan, penelitian  baik secara nasional maupun internasional (PEO-3).

Programe Learning Outcame (PLO)

1Mampu menunjukkan nilai-nilai agama, kebangsaan dan budaya nasional, serta etika akademik dalam melaksanakan tugasnya
2Menunjukkan karakter tangguh, kolaboratif, adaptif, inovatif, inklusif, belajar sepanjang hayat, dan berjiwa kewirausahaan
3Mengembangkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif dalam melakukan pekerjaan yang spesifik di bidang keahliannya serta sesuai dengan standar kompetensi kerja bidang yang bersangkutan
4Mengembangkan diri secara berkelanjutan dan berkolaborasi.
5Mampu mengambil keputusan secara tepat dan cepat guna penyelesaian masalah pendidikan dalam pembelajaran geografi transformatif dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
6Mampu memperoleh, mengolah, menganalisis, menyajikan data dan informasi tentang lingkungan kependidikan, peserta didik, kurikulum, materi, perencanaan, model, evaluasi, dan refleksi pembelajaran dalam kajian pendidikan dan pembelajaran geogarfi
7Mampu mengambil keputusan secara tepat dan cepat guna penyelesaian masalah wilayah dalam konteks ruang berdasarkan pendekatan geografi terpadu
8Mampu memperoleh, mengolah, menganalisis, menyajikan data dan informasi geosfer dengan menggunakan teknologi geospasial dalam kajian geografi terpadu yang mendukung keberlanjutan wilayah